Timbangan Sultan Banjar
Timbangan Sultan Banjar dulunya digunakan untuk mengukur besaran pajak pertanian di wilayah Kesultanan Banjar. Konon, cara menggunakannya dengan membandingkan berat badan raja dengan bobot produk hasil pertanian. Jadi, raja duduk di salah satu sisi timbangan. Sementara pembayar pajak meletakkan hasil panennya pada sisi lain timbangan. Beratnya keduanya harus seimbang. Timbangan ini dipercaya juga digunakan ketika upacara pernikahan putri raja. Fungsinya untuk menyamakan berat mas kawin dengan berat sang putri.
Nyaris empat abad Kesultanan Banjar, kerajaan Islam di Kalimantan Selatan ini bertahan, yakni sejak abad keenam belas. Selama itu Pajak pertanian merupakan salah satu penyokong ekonomi kesultanan. Pajak juga dikenakan terhadap sewa tanah, perahu, pertanian, nelayan, industri, dan penghasilan tambang seperti emas dan intan, serta pajak uang kepala.
Perkembangan perekonomian di Kalimantan Selatan mengalami kemajuan yang pesat sejak akhir abad keenam belas hingga abad ketujuh belas. Banjarmasin menjadi kota dagang yang makmur dengan produk primadona: Lada.
Bahan : Kayu | ||
Jenis : Etnografi | ||
Nomor Inventaris : 2571 | ||
Lembaga : Museum Nasional Indonesia |
Topik keterkaitan
Beberapa topik yang terkait dengan data tersebut