Celengan Babi
Celengan banyak ditemukan di situs Trowulan, ibukota kerajaan Majapahit. Pembuatan celengan telah berkembang antara abad ke-13 dan 15. Celengan yang pernah ditemukan terdiri dari tiga bentuk: manusia berupa anak kecil, binatang (babi atau celeng, domba, kura-kura, dan gajah), dan yang terbanyak berupa guci. Meskipun bentuknya bisa manusia, guci, atau binatang lain selain babi, namun sebutan yang dipilih adalah celengan. Sebutan ini digunakan sampai sekarang. Apakah masyarakat Majapahit juga menyebutnya dengan istilah celengan? Dalam bahasa Jawa Kuno hanya mengenal kata celeng (babi atau babi hutan) dan pacelengan (kandang babi).
Kamus Javaans-Nederlands Woordenboek karya Th. Pigeaud, memuat sejumlah kata Jawa yang berkaitan dengan aktivitas menabung, yaitu celengan berarti spaartpot (tempat menabung), dicelengi berarti opgespaard (disimpan), dan dicelengake berarti men spaart voor iemand (menabungkan untuk orang lain). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata celengan berasal dari kata Jawa yang berarti tabung pekak untuk menyimpan uang; tabungan atau uang simpanan itu sendiri.
Pembuat : Kerajaan Majapahit | ||
Tahun Pembuatan : Abad 13-15 Masehi | ||
Bahan : Tanah Liat | ||
Jenis : Keramik | ||
Nomor Inventaris : - | ||
Lembaga : Museum Nasional Indonesia |
Topik keterkaitan
Beberapa topik yang terkait dengan data tersebut