Bambu Ramalan

Koleksi ini disebut sebagai perhalaan dalam bahasa Batak Karo. Mungkin mirip dengan kalender, tapi tanpa keterangan tahun. Para datuk atau tetua menggunakan perhalaan untuk menentukan hari baik dan hari buruk dalam berbagai upacara adat: dalam upacara daur hidup, membangun rumah dan kampung, bercocok tanam, penguburan jenazah, upacara syukuran, dan lain-lain. Isi parhalaan adalah nama-nama hari dan bulan, serta mantra-mantra untuk pengobatan. Tanda dan simbol dalam parhalaan tidak sama pada setiap parhalaan. Tiap perhalaan dibuat sesuai dengan keinginan dukun pemiliknya. Perhalaan juga kadang-kadang digunakan untuk kepentingan meramal masa depan! Fungsinya mungkin seperti zodiac pada masa kini.

Untuk membuat perhalaan, nenek moyang kita sangat kreatif. Mereka tak Cuma memanfaatkan bambu, tapi juga tulang babi, tulang kerbau atau lembu, dan kulit kayu. Di Pakpak, Dairi, parhalaan bahkan terbuat dari batok kelapa. Untuk mengguratkan tulisan, digunakan alat seperti lidi yang disebut dengan tarugi. Tintanya disebut dengan baja, berasal dari getah tumbuhan yang dicampur dengan getah kayu-kayuan dan kemudian dibakar.

Bahan : Bambu
Jenis : Etnografi
Nomor Inventaris : 859
Lembaga : Museum Nasional Indonesia
Topik keterkaitan

Beberapa topik yang terkait dengan data tersebut