Ikat Kepala Siga
Tak lengkap rasanya bagi para lelaki di Sulawesi Tengah menghadiri upacara adat bila tanpa mengenakan siga. Selain menambah kepercayaan diri, ikat kepala yang terbuat dari kulit kayu ini juga menjadi simbol kebesaran dan penanda bagi mereka yang dianggap mampu mengayomi orang-orang disekitarnya. Bagi masyarakat adat Suku Kaili, Kabupaten Donggala, siga bukan cuma sekedar kain yang diikat di kelapa, tapi juga sebagai penanda status sosial penggunanya. Siga yang berwarana kuning dengan lipatan kedepan biasanya digunakan oleh tetua adat, warna biru dengan lipatan ke kanan dan ke kiri dikhususkan untuk para pejabat. Sementara warna merah dengan lipatan ke belakang dikhususkan bagi kalangan masyarakat.
Ikat kepala siga biasanya diberi motif-motif geometris. Tak lupa dilengkapi dengan hiasan sula ngkambaja, yaitu sulaman benang berwarna keemas atau perak yang dipercaya sebagai simbol suami yang sayang anak dan istrinya. Meskipun tidak lagi digunakan dalam busana sehari-hari, masyarakat dan pemerintah Sulawesi Tengah masih menjadikan filosofi SIGA sebagai pegangan dalam berkehidupan serta landasan budaya kerja di daerahnya.
Bahan : Kain | ||
Jenis : Etnografi | ||
Nomor Inventaris : 23522 | ||
Lembaga : Museum Nasional Indonesia |
Topik keterkaitan
Beberapa topik yang terkait dengan data tersebut