Moko

Moko atau mako adalah istilah orang Alor untuk Nekara kecil (tipe pejeng), merupakan bentuk gendang perunggu yang bentuknya mirip dengan instrumen musik tifa. Ciri khas Nekara pejeng (moko) memiliki bentuk yang lebih ramping dibandingkan nekara tipe heger. Moko memiliki penamaan yang berbeda-beda, bahkan termasuk juga di Alor. Masyarakat di Pulau Pantar (Alor) menyebutnya sebagai Pung, atau Khuang.
Mitos : Masyarakat Alor meyakini bahwa Moko muncul dari bumi Alor dan tumbuh bersama-sama dengan manusia Alor.
Penyebutan Moko sendiri diduga dari legenda Putri Mako yang muncul di sekitar Alor Barat Laut, ia diyakini bersemayam di puncak Gunung Mako yang ada di Pulau Ternate Alor Barat Laut. Tidak ditemukan catatan sejarah yang mdenyebutkan bahwa di Alor pernah ditemukan tempêta pembuatan teknologi “drum perunggu” atau Moko. Hal ini berarti Moko diduga sebagai budaya material dari daerah lain yang masuk ke Alor.

Fungsi Moko :
a. Simbol Status Sosial
b. Mas Kawin
c. Benda Pusaka
d. Benda Penyelesaian Adat
e. Benda Magis / religius
f. Fungsi Ekonomis

Bahan : Logam
Jenis : Etnografi
Nomor Inventaris : 4950
Lembaga : Museum Nasional Indonesia
Topik keterkaitan

Beberapa topik yang terkait dengan data tersebut


Teropong Bintang Sextan

Tasbih Emas

Sepeda Roda Tiga

Rencong