Perhiasan Dada
Milik Pangeran Dewa Agung Gede Agung, salah satu pejuang yang paling berani dalam perang puputan. Puputan adalah perang habis-habisan namun bukan bertujuan untuk menang, karena tujuannya adalah untuk menyambut kematian dihadapan musuh sampai habis tak bersisa. Perang ini biasanya diikuti oleh semua rakyat kerajaan tanpa terkecuali.
Bagi masyarakat Bali, puputan dilakukan dengan prinsip sebagai berikut :
- Nyawa seorang ksatria berada diujung senjata kematian di medan perang adalah sebuah kehormatan.
- Dalam mempertahankan kehormatan bangsa dan negara maupun keluarga tidak dikenal istilah menyerah kepada musuh.
- Menurut ajaran Hindu, orang yang mati dalam peperangan rohnya akan masuk surga.
Sejarah mencatat bahwa di Bali terjadi 5 (lima) kali perang puputan, salah satunya Puputan Klungkung. Pada masa pemerintahan raja Klungkung terakhir yaitu Ida I Dewa Agung Gede Jambe tepatnya pada tanggal 28 April 1908 telah terjadi suatu peristiwa yang menggemparkan di kerajaan Klungkung. Permaisuri dan putra mahkota gugur di medan laga, mengetahui hal tersebut tidak membuat Dewa Agung Jambe takut, justru semakin bulat memutuskan berperang sampai titik darah penghabisan. Dewa Agung Jambe keluar diiringi seluruh keluarga istana dan prajurit yang setia maju menghadapi Belanda dengan gagah berani. Karena persenjataan yang tidak imbang, mereka pun gugur dalam berondongan peluru Belanda.
Secara fisik Klungkung memang kalah. Tapi, di balik kekalahan itu, Klungkung menunjukan kemuliaan sikap manusia Bali yang menempatkan harga diri dan kehormatan di atas segala-galanya. Belanda pun memahami itu seperti tercermin dalam catatan-catatan Belanda, termasuk catatan Belanda di Soerabaiasch handelsblad.
“ … Ketika selesai puputan itu dilakukan penelitian pada orang-orang yang gugur, maka diantara korban terdapat putra raja yang berusia dua belas tahun, adalah satu-satu (putra mahkota pewaris tahta). Ia tergeletak di tengah-tengah (serakan mayat) dan sejumlah banyak wanita-wanita … Apakah anak itu memang ingin mati mengikuti ayahnya? Apakah ia ingin memperlihatkan bahwa ada Bali yang suci dan luhur ditempatkan lebih tinggi dari kehidupan? … “
Pembuat : Kerajaan Klungkung Bali | ||
Bahan : Campuran | ||
Jenis : Etnografi | ||
Nomor Inventaris : 14891 (E.821) | ||
Lembaga : Museum Nasional Indonesia |
Topik keterkaitan
Beberapa topik yang terkait dengan data tersebut