Baju Kulit Kayu
Busana kain kulit kayu ini, Lemba namanya, punya fungsi yang lebih dari sekedar pakaian sehari-hari. Melainkan juga untuk menjalankan ritual keagamaan, ritus peralihan, maupun upacara adat pernikahan. Para perempuan pembuat Lemba ini bisa menghabiskan waktu hingga berbulan-bulan, Diselingi mengasuh anak dan keluarga hingga merawat tanaman pokok di ladang.
Bahan bakunya diambil dari reranting pohon beringin yang diserut, dimasak, diinjak, disatukan, diperam, lalu dipukul-pukul dengan batu ike hingga jadi lembaran-lembaran halus nan indah. Kadang kadang, baju kulit kayu ini juga diwarnai dengan cara direndam dengan cairan bunga hingga dilumuri oleh lumpur untuk mendapatkan warna kesukaan. Tidak lupa diberi motif-motif yang memanjakan mata, seperti kepala kerbau, tanduk, tumpal, bunga, dan belah ketupat. Tiap motif biasanya mengandung makna yang berbeda-beda, mulai dari keberanian, kebangsawanan, keramahtamahan, hingga persatuan.
Sandang tradisional khas Nusantara ini sebenarnya sudah ada sejak zaman prasejarah, atau masa neolitik lebih tepatnya. Tradisi membuat baju dari kulit kayu ini tersebar luas dari Pulau Nias, di Sumatera hingga Danau Sentani, di Papua.
Bahan : Campuran | ||
Jenis : Etnografi | ||
Nomor Inventaris : 485a | ||
Lembaga : Museum Nasional Indonesia |
Topik keterkaitan
Beberapa topik yang terkait dengan data tersebut